I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroteknik adalah ilmu yang mempelajari tentang pembuatan preparat. Dalam
setiap pembuatan preparat pada umumnya selalu dilakukan fiksasi terlebih
dahulu. Sedangkan fiksasi itu sendiri adalah suatu cara atau proses (metode)
yang bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah fungsi dan struktur di dalam
sel itu sendiri. Jika telah dilakukan fiksasi maka preparat yang dibuat akan
menjadi lebih awet dan tahan lama.
Dalam
tubuh hewan terdiri dari berbagai penyusun tubuh, salah satunya adalah organ.
Organ merupakan bagian tubuh yang memiliki satu atau lebih fungsi
tertentu. Penyusun organ adalah beberapa jenis jaringan yang terorganisir dan
saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Contoh: usus halus, berfungsi
mencerna dan menyerap sari-sari makanan. Struktur usus halus terdiri dari
jaringan otot, jaringan epitel, jaringan ikat, dan jaringan saraf. Sedangkan
Sistem organ merupakan gabungan dari berbagai organ yang melaksanakan satu
fungsi dalam koordinasi tertentu. Pembesaran dan diferensiasi sel-sel
terorganisasi menjadi jaringan dan kumpulan jaringan membentuk organ-organ,
selanjutnya kumpulan oragan membentuk sistem organ dan menjadi tubuh.
Metode pembuatan sediaan dengan penyelubungan parafin disebut juga
sebagai metodeembedding. Pembuatan sediaan dengan pemotongan jaringan
menggunakan parafin dan mikrotom sebagai alat pemotongnya. Kelebihan metode ini
adalah irisannya jauh lebih tipis dan prosedurnya juga lebih cepat jika dibandingkan
dengan metode seliondin maupun metode beku. Alat pemotong mikrotom yang
digunakan bekerja berdasarkan suatu ulir yang berfungsi untuk mendorong maju
blok preparat atau pisau. Pembiusan merupakan proses yang bertujuan khusus untuk preparat
hewan yaitu untuk memudahkan pengambilan jaringan atau bagian jaringan pada
hewan.
Pembiusan tidak perlu dilakukan jika yang akan diambil atau diamati
adalah jaringan yang menyangkut kelenjar-kelenjar (endokrinologi), karena
mungkin akan berpengaruh terhadap hormon-hormon yang terkandung di dalamnya.
Senyawa kimia yang umumnya digunakan untuk pembiusan adalah:
1. Eter, biasanya digunakan untuk membius tikus, kelinci, marmut, dan anjing
2. Kloroform, biasanya digunakan untuk membius kucing dan kera.
Senyawa kimia lainnya yang dapat digunakan untuk pembiusan adalah prokain, aseton- CHCl3, Morfin HCl, methane, alcohol, klereton, kloral hidrat, kokain, dan garam magnesium.
Olehnya pada praktikum ini akan dilakukan pengamatan dari beberapa organ hewan dengan menggunakan metode praparat paraffin.
1. Eter, biasanya digunakan untuk membius tikus, kelinci, marmut, dan anjing
2. Kloroform, biasanya digunakan untuk membius kucing dan kera.
Senyawa kimia lainnya yang dapat digunakan untuk pembiusan adalah prokain, aseton- CHCl3, Morfin HCl, methane, alcohol, klereton, kloral hidrat, kokain, dan garam magnesium.
Olehnya pada praktikum ini akan dilakukan pengamatan dari beberapa organ hewan dengan menggunakan metode praparat paraffin.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai
pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :
- Untuk membuat preparat organ tubuh HEWAN berupa irisan tipis organ/ bagian organ tersebut.
- Untuk mengamati struktur dalam sel maupun jaringan penyusunnya.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat yang
dapat diperoleh dari pelaksanaan praktikum ini yaitu :
- Dapat membuat preparat organ tubuh hewan berupa irisan tipis organ/ bagian organ tersebut.
- Dapat mengamati struktur dalam sel maupun jaringan penyusunnya.
II
TINJAUAN PUSTAKA
Metode parafin adalah suatu cara pembutan sediaan baik itu tumbuhan
ataupun hewan dengan menggunakan parafin. Kebaikan-kebaikan metode ini ialah
irisan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda beku atau metoda seloidin.
Dengan metoda beku, tebal irisan rata-rata diatas 10 mkron, tapi dengan metode
parafin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang
bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini.
Kelemahan dari metode ini ialah jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah
patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila menggunakan
metode ini. Sebagian besar enzim-enzim yang terdapat pada jaringan akan larut
dengan menggunakan metode ini (Santoso, 2002).
Jaringan hewan dapat dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan fungsi dan
strukturnya, yaitu jaringan epitel, jaringan pengikat, jaringan otot dan
jaringan syaraf. Jaringan epitel terdiri dari sekumpulan sel yang sangat rapat
susunannya sehingga membentuk suatu lembaran, tidak mempunyai substansi
interseluler dan cairannya sangat sedikit. Jaringan pengikat (connective
tissue) terdiri dari bermacam-macam sel, terdapat substrat interseluler dan
berasal dari jaringan mereskim. Ada beberapa jaringan pengikat, salah satunya
adalah jaringan hemopoitik (jaringan darah), merupakan suspensi sel dan fragmen
sitoplasma di dalam cairan yang disebut plasma darah. Jaringan otot merupakan
jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan jalan kontraksi dan
relaksasi sel atau serabutnya. Berdasarkan struktur dan fungsinya, jaringan
otot dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu otot polos, otot lurik dan otot
jantung. Jaringan syaraf merupakan jaringan dasar yang terdapat hampir di
seluruh jaringan tubuh sebagai jaringan komunikasi (Kimball, 1992).
Preparat jaringan hewan dan tumbuhan dapat diperiksa dibawah mikroskop apabila
sudah terlihat warna yang kontrase baik maka diberi canada balsam lalu ditutup
dengan kaca penutup, dan terakhir diberi label preparat permanen tersebut.
Dikarenakan keterbatasan waktu dan tidak adanya mikrotom yang baik di
laboratorium maka pekerjaan tidak bisa sampai selesai. Karena metode parafin
sekarang lebih banyak digunakan di laboratorium- laboratorium, maka dengan
sendirinya mikrotom jenis ini lebih banyak digunakan daripada mikrotom-mikrotom
lainnya. Hal ini disebabkan karena irisan yang diperoleh lebih tipis
dibandingkan dengan metode lainnya (Rina, 2010).
Darah adalah cairan yang terdapatpada semua hewan tingkat tinggi yang fungsinys
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh ,
mengangkut bahan kimia hasil metabolisme dan juga sebagai pertahan dari
serangan virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali
dengan kata haemo atau hemato yang berasal dari bahasa yunani haima yang
berarti darah. Sel darah merah dihasilkan dilimpa, hati dan sumsum merah tulang
pipih, ( Perutz, 1978 ).
Ada
2 macam metode irisan adalah sebagai berikut :
Metode irisan dengan tangan.
Pada
beberapa macam jaringan, terutama dalam lapangan botani, pembuatan sediaan
dengan cara ini masih dapat dipakai misalnya melihat susunan daun segar. Dengan
mempelajari sediaan seperti ini dapat diperoleh beberapa keterangan mengenai
luas maupun tipe fibrosis didalam jaringan yang patologis.
Metode irisan dengan mikrotom.
Di dalam metode ini sediaan didapat dari jaringan-jaringan pengirisannya
menggunakan suatu alat yang disebut mikrotom. Keuntungan dari alat ini adalah
bahwa tebal irisan dapat diatur menurut tajam dan kehendak peneliti.
Macam-macam mikrotom diantaranya mikrotom geser, mikrotom beku, dan mikrotom
putar (rotary mikrotom) (Mcmanus, 1992).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum
kali ini dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu, pada
tanggal 27-28 November 2011,
pada pukul 09.00 WITA-selesai dan bertempat di Laboratorium Anatomi Tumbuhan Fakultas MIPA Universitas
Haluoleo, Kendari.
B.
Alat dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat-alat yang digunakan pada
Praktikum Preparat Pollen.
No
|
Nama Alat
|
Fungsi
|
1
2
3
4
5
6
8
9
10
11
12
|
Botol
film
Pinset Skalpel Mikrotom Vakum Kotak kertas kalender Balok Mikroskop Kaca objek/kaca penutup Oven Hotplate |
Tempat untuk meletakkan organ.
Untuk mengambil organ yang sdh
difiksasi.
Untuk membuat cetakan.
Untuk memotong paraffin.
Sebagai alat vakum.
Tempat organ yang akan dicetak.
Sebagai media penempelan paraffin.
Untuk mengamati/melihat objek
hasil pemotongan.
Untuk mengamati organ tumbuhan.
Untuk memanaskan paraffin.
Untuk memanaskan paraffin.
|
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum
kali ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan pada Praktikum
Preparat Pollen.
No
|
Nama Bahan
|
Fungsi
|
1
2
3
4
5
6
|
Seekor
kelinci jantan besar.
FAA
Alkohol, dengan berbagai konsentrasi (50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 95%) Xilol Parafin lunak dan keras Safranin |
Sebagai sampel yang akan dibuat
menjadi preparat untuk mengamati organ-organnya (jantung, usus, hati, ginjal).
Formalin Asam Asetat
Sebagai larutan fiksasi,
Untuk mencuci/membersihkan sisa larutan
fiksasi dan alkohol.
Sebagai larutan yang digunakan untuk
memfiksasi.
Untuk membuat praparat paraffin dan sebagai
media penanaman organ tumbuhan.
Untuk memberikan warna pada organ
.
|
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada prakrikum
kali ini adalah sebagai berikut:
- Fiksasi : bahan difiksasi selama 24 jam dalam larutan FAA dengan komposisi :
Etanol 70%
……………………………. 90 bagian
Asam asetat
glasial ………………….. 5 bagian
Formaldehid
………………………….. 5 bagian
- Pencucian : larutan fiksatif dibuang dan dicuci dengan etanol 70% sebanyak 2X dengan waktu penggantian masing-masing selama ½ jam.
- Dehidrasi : dilakukan secara bertahap dengan merendam bahan dalam seri larutan alkohol dengan waktu penggantian berturut-turut sebagai berikut :
Alkohol 70%
………………………… ½ jam
Alkohol 95%
………………………… ½ jam
Alkohol
100% I ………………………… ½ jam
Alkohol
100% II ………………………… ½ jam
- Dealkoholisasi (penjernihan) : dilakukan secara bertahap pula melalui seri larutan alkohol – xilol dengan waktu penggantian berturut-turut sebagai berikut :
Alkohol/xilol 3 :
1 ………………………. ½ jam
Alkohol/xilol 1
: 1 ………………………. ½ jam
Alkohol/xilol 1
: 3 ………………………. ½ jam
Xilol I …………………………………… ½ jam
Xilol II
…………………………………… ½ jam
Campuran
xilol/parafin 1 : 9 dlm temperatur 58°C
selama 24 jam.
- Infiltrasi : campuran xilol/parafin dibuang, diganti dengan parafin murni dalam temperatur tetap 58°C selama ± 24 jam.
- Penyelubungan (embedding) : parafin dibuang, diganti dengan parafin baru, setelah ± 1 jam, dibuat blok parafin berisi sampel dalam kotak/wadah.
- Pengirisan : blok sampel diiris menggunakan mikrotom dengan tebal 10 µm.
- Perekatan : irisan dilekatkan pada kaca objek yang sebelumnya diolesi campuran gliserin-albumin (1 : 1) dan air. Kemudian kaca objek tersebut disimpan di atas penghangat (slide warmer) dengan temperatur 45°C sampai pita parafin meregang dan air mengering.
- Pewarnaan : pewarnaan tunggal dengan safranin 1% dalam air. Berturut-turut kaca objek dimasukkan ke dalam bejana pewarnaan (staining jar) yang berisi larutan :
Xilol I
………………………………………… 5 menit
Xilol II
………………………………………... 5 menit
Etanol absolut I
…………………….………. 3 menit
Etanol absolut
II…………………………….. 3 menit
Etanol 95%
…………………………………. 3 menit
Etanol 70%
…………………………………. 3 menit
Etanol 50%
…………………………………. 3 menit
Etanol 30%
…………………………………. 3 menit
Akuades
…………………………………….. 2 menit
Safranin
……………………………………... 24 jam
Akudes
……………………………………… 2 menit
Etanol 30%
…………………………………. 3 menit
Etanol 50%
…………………………………. 3 menit
Etanol 70%
…………………………………. 3 menit
Etanol absolut I
…………………………….. 3 menit
Etanol absolut
II ……………………………. 3 menit
Xilol I
………………………………………… 5 menit
Xilol II
……………………………………….. 5 menit
- Penutupan : irisan pada kaca objek ditutup dengan kaca penutup setelah sebelumnya diberi Canada balsam atau entellan. Preparat selanjutnya dikeringkan dalam oven atau slide warmer sampai entellan kering.
- Pemberian label yang meliputi nama bahan, orientasi irisan (melintang atau memanjang), tanggal pembuatan dll selanjutnya siap diamati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Pada praktikukm praparat paraffin
tumbuhan ini, tidak ada hasil pengamatan karena kesalahan teknis, yakni
kerusakan pada mikrotom.
B. Pembahasan
Praktikum pembuatan sediaan irisan jaringan hewan dengan metode parafin dapat
diketahui bahwa dalam pembuatan preparat hewan lebih mudah untuk dibuat dan
tidak memakan waktu yang panjang. Organ yang digunakan adalah organ hati. Hewan
yang diambil organnya adalah katak, Tetapi ada sebagian organ yang gagal
menjadi suatu preparat, hal ini mungkin disebabkan kurangnya ketelitian dan
keterampilan pada saat mengiris block parafin saat menggunakan mikrotom,
sehingga lembaran pita jaringan yang didapatkan terlalu tebal dan sulit diamati
di bawah mikroskop. Selain itu, sebagian preparat tidak dapat dikenali dengan
jelas bagian mana yang digunakan dari bahan percobaan karena pada saat proses
pewarnaan, pencucian dan pencelupan sediaan ke larutan alkohol ada beberapa
kertas label yang terlepas dari kaca objek. Sehingga hanya preparat yang kertas
labelnya masih utuh yang dapat dikenali dengan benar.
Organ yang digunakan tersebut harus diisolasi terlebih dahulu sebelum digunakan
hal ini bertujuan agar organ yang dijadikan sediaan siap untuk melakukan
berbagai tahap-tahap atau proses dalam percobaan. Proses pembuatan sediaan
preparat setelah dibedah diambil organnya, kemudian dicuci dengan garam
fisiologis agar organ tersebut tidak mengalami pembekuan. Setelah itu organ
difiksasi digunakan larutan BNF selama ± 24 jam agar sel-sel dari organ
tersebut mati namun strukturnya tidak rusak sehingga memudahkan langkah-
langkah kedepannya.
Hati
merupakan organ paling besar dan paling berat yang ada di dalam tubuh. Letaknya
berada di bagian atas sebelah kanan abdomen dan di bawah tulang rusuk hati
berperan sebagai organ utama dalam pembentukan darah., fungsi pokok hati adalah
menyaring dan mendetoksifikasi segala sesuatu yang dimakan, dihirup, dan
diserap melalui kulit dan menjadi pembangkit tenaga kimia internal, mengubah
zat gizi makanan menjadi otot, energi, hormon, faktor pembekuan darah, dan
kekebalan tubuh. Hati juga menyimpan beberapa vitamin, mineral (termasuk zat
besi), dan gula, mengatur penyimpanan lemak dan mengontrol produksi serta
ekskresi kolesterol. Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna makanan
dan menyerap zat gizi penting. Juga menetralkan dan menghancurkan substansi
beracun serta memetabolisme alkohol, membantu menghambat infeksi, dan
mengeluarkan bakteri dari aliran darah., fungsi hati meliputi enzimatik,
hormonal, dan darah. Hati menyediakan enzim yang diperlukan untuk metabolisme,
melakukan detoksifikasi, membentuk faktor pembekuan darah, dan beberapa hormon.
Fiksasi
berfungsi untuk mempertahankan bentuk jaringan sedemikian rupa sehingga
perubahan-perubahan bentuk atau struktur sel atau jaringan yang mungkin terjadi
hanya sekecil mungkin. Selain itu fiksasi berguna untuk meningkatkan indeks
bias jaringan sehingga jaringan dapat terwarnai dengan baik. Larutan fiksatif
dibuang dan dicuci dengan alkohol 70 % selama 1 jam.
Kemudian didehidrasi dengan alkohol bertingkat mulai 80 %, 95 %,
sampai alkohol tersebut absolut masing–masing selama 1 jam.
Hal
ini dilakukan untuk proses fiksasi dengan membunuh sel tanpa mengubah posisi
organel yang ada di dalamnya, dan juga untuk menghilangkan air yang ada dalam
sel dan memperoleh hasil yang sempurna pada proses infiltrasi dan juga agar
alkohol tersebut dapat menyerap air sedikit demi sedikit supaya dapat menjaga
agar tidak terjadi perubahan yang tiba-tiba terhadap jaringan sehingga
perubahan yang terjadi hanya sekecil mungkin. Selain itu fiksasi berguna untuk
meningkatkan indeks bias jaringan sehingga jaringan dapat terwarnai dengan
baik. Didealkoholasi, alkohol yang tadi dibuang dan diganti larutan secara
berturut alkohol : xilol = 3 : 1, alkohol : xilol = 1 : 1 dan alkohol : xilol =
1 : 3 masing-masing selama 30 menit. Hal ini bertujuan untuk menggantikan
tempat alkohol dalam jaringan yang telah mengalami proses dehidrasi dengan
suatu solven atau medium penjernih menjelang proses penanaman sebelum proses
penyayatan. Fungsi dari dehidrasi itu sendiri ialah untuk mengeluarkan air dari
dalam jaringan dengan menggunakan bahan kimia tertentu.
Setelah tahapan fiksasi, organ didehidrasi dengan larutan alkohol
bertingkat yang bertujuan untuk mengurangi kandungan air dari organ tersebut
sehingga saat sudah menjai sediaan tidak akan cepat rusak. Selain itu untuk
memudahkan peresapan parafin. Organ selanjutnya di clearing dengan larutan
campuran antara xilol dan alkohol dengan perbandingan tertentu yaitu 3:1, 1:1,
1:3 dan xilol murni dengan tujuan untuk membersihkan sisa-sisa alkohol dari
organ dan membantu proses penyerapan parafin. Tahapan berikutnya yaitu
perendaman dalam parafin, tahapan ini biasanya dilakukan didalam oven agar saat
organ dimasukkan dalam parafin, parafin tersebut tidak mudah membeku. Tahapan
perendaman dalam parafin diulangi sebanyak 3 kali dengan tujuan agar parafin
meresap sempurna dan pada saat pemotongan akan didapat hasil yang diinginkan.
Selain itu tahapan perendaman dalam parafin yang sempurna juga turut
mempengaruhi struktur organ yang digunakan. Organ yang sudah berada
dalam block parafin akan dipotong dengan menggunakan mikrotom rotary, hasil
yang diinginkan yaitu setebal 6 mikron, tahapan pemotongan memerlukan kesabaran
dan ketelitian karena pada tahapan ini tidak bisa di predeksi kapan bahan yang
ada dalam block parafin terpotong sempurna dan sesuai dengan ketebalan yang
diinginkan. Pemotongan juga harus memperhatikan kumpulan paraffin yang
terpotong dan membentuk gumpalan, karena bisa saja di dalam gumpalan tersebut
terdapat potongan yang diinginkan. Organ yang telah dipotong kemudian akan
mengalami tahapan pewarnaan dengan xilol 1 dan 2. Xilol digunakan sebelum
pewarnaan selanjutnya yang menggunakan haematoksilin ehrlich agar saat pewarnaan
dengan haematoksilin ehrlich dilakukan, warna yang dihasilkan akan sesuai
dengan yang diinginkan sehingga hasil yang didapat akan memperlihatkan
bagaimana penampang sebenarnya dari organ-organ tubuh.
Tahapan berikutnya adalah pencucian dengan akuades agar sisa-sisa
warna yang menempel tidak sempurna bisa hilang. Kemudian perendaman dalam
alkohol bertingkat diselingi dengan eosin dan dilanjutkan lagi dengan alkohol
bertingkat, hal ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan lunturnya warna,
untuk menghilangkan kandungan air yang mungkin saja masih tersisa setelah
proses pencucian dan mencegah hal lainnya yang tidak diinginkan. Kendala yang
dialami pada saat pembuatan sediaan irisan jaringa hewan dengan menggunakan
metode parafin ini, salah satunya kesulitan atau kurangnya keterampilan dalam
pembuatan preparat irisan saat pemotongan dengan menggunakan mikrotom. Ada
beberapa jenis mikrotom yang dapat digunakan sebagai alat pemotong sediaan
antara lain hand microtom, rocking microtom, rotary microtom, freezing
microtom, dan sliding microtom. Sedangkan yang digunakan pada praktikum kali
ini adalah hand microtom. Hal inilah yang menyebabkan proses pemotongan yang
paling sulit dilakukan karena dengan menggunakan mikrotom tangan seringkali
praktikan sulit untuk mengukur ketebalan dari sediaan yang akan dipotong.
Sehingga ada yang terlalu tebal dan ada yang terlalu tipis, hal ini menyebabkan
irisan sediaan mudah hancur pada saat diletakkan di atas kaca objek. Beberapa
kesukaran pada saat pemotongan sediaan parafin antara lain; pita tidak
terbentuk, hal ini kemungkinan karena pisau yang tumpul; pita melengkung atau
bengkok.
Hasil pengamatan yang didapatkan dari preparat atau sediaan irisan
jaringan hewan dengan metode parafin ini belum dapat dijelaskan pada pembahasan ini karena telah terjadi kerusakan
pada alat pemotongan parafin yakni mikrotom, sehingga parafin yang sudah dibuat
belum dapat dipotong atau disayat, dan untuk memenuhi persyaratan ujian
praktikum mikroteknik ini, maka laporan praktikum harus dibuat.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik pada praktikum pembuatan
preparat metode parafin yaitu:
1. Dalam pembuatan preparat hewan lebih mudah untuk
dibuat dan tidak
memakan waktu yang panjang.
2. Hasil pengamatan yang didapatkan dari preparat atau sediaan
irisan jaringan hewan dengan metode parafin
ini belum diperoleh dengan baik
karena terjadi kerusakan pada mikrotom
B. Saran
Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini adalah sebaiknya
alat diperbaiki terlebih dahulu sebelum praktikuk ini dilaksanakan, sehingga
hasil pengamatan bisa diambil dan proses praktikum berjalan dengan lancar.
DAFTAR
PUSTAKA
Kimball, 1992. Petunjuk Praktikum Mikroteknik Hewan.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Mcmanus, 1992. Metode Irisan Mikroteknik Hewan. Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.
Perutz, 1978. Sel Darah Merah Pada Hewan, ITB, Bandung.
Rina M.S, 2010. Petunjuk Praktikum Teknik Laboratorium. Departemen
Pendidikan Nasional Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Program Studi Biologi. Banjarbaru.
Santoso, H. B. 2002. Bahan Kuliah Teknik Laboratorium.
Universitas Lambung
Mangkurat, Banjarbaru.
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROTEKNIK
“Preparat Paraffin Hewan Irisan Organ”
OLEH :
STAMBUK
: F1D1 10 043
KELOMPOK :
V
(LIMA)
ASISTEN : AGUNG JULIANTO, S.Si.
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar