LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROTEKNIK TUMBUHAN
PRAKTIKUM
“Preparat Pollen dengan Metode
Acetolisis”
OLEH :
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : AGUS RINAL,
S.Si.
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroteknik secara
umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode pembuatan preparat
mikroskopis, baik preparat hewan maupun tumbuhan, menganalisis preparat
mikroskopis dan melakukan mikrometri, serta membahas manfaat preparat bagi
perkembangan keilmuan dan dukungan terhadap kehidupan manusia. Sedangkan mikroteknik tumbuhan merupakan teknik dalam pembuatan
preparat mikroskopis tumbuhan. Beberapa metode yang
dikenal dalam pembuatan preparat tumbuhan, yaitu metode parafin.
Pada
jenis tumbuhan yang berbeda, mempunyai struktur batang yang berbeda pula yang
menentukan jenis larutan fiksatif dan zat warna yang akan digunakan dalam
pembuatan preparat. Misalnya tumbuhan polongan dapat menggunakan Craf III. Jika
batang mempunyai ruas yang lebih lunak diberi perlakuan acctone-xylol atau
alcohol-xylol. Pada batang yang lebih keras hasil irisan akan lebih baik jika
menggunakan dioxan atau butyl alcohol. Batang bunga matahari dan Chrysantenum
dapat difiksasi dengan menggunakan FFA tanpa menimbulkan plasmolisis, ataupun
dengan penggunaan modifikasi Nawaschin seperti craft IV dan V juga memberikan
hasil yang baik. Pembuatan preparat hendaknya dipahami karakteristik tanaman
yang akan diambil sebagai spesimen.
Metode paraffin termasuk metode sayatan
yang banyak digunakan, karena hampir semua jaringan dapat dipotong dengan
metode ini. Pengamatan secara mikroskopis dari suatu jaringan dalam berbagai
kondisi dan berbagai elemen jaringan dapat diamati atau diteliti melalui
preparat permanen yang dibuat dengan metode paraffin. Pembuatan preparat dengan
metode paraffin adalah metode yang paling umum digunakan untuk pembuatan
preparat permanent, baik pada tumbuhan ataupun pada hewan.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai
pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :
- Untuk membuat preparat organ tubuh tumbuhan berupa irisan tipis organ/ bagian organ tersebut.
- Untuk mengamati struktur dalam sel maupun jaringan penyusunnya.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat yang
dapat diperoleh dari pelaksanaan praktikum ini yaitu :
- Dapat membuat preparat organ tubuh tumbuhan berupa irisan tipis organ/ bagian organ tersebut.
- Dapat mengamati struktur dalam sel maupun jaringan penyusunnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Mikroteknik merupakan ilmu yang mempelajari
tenik pembuatan sediaan secara mikroskopis. Dalam mikroteknik, sediaan yang
dibuat berbahan dasar sel atau jaringan. Sel atau jaringan yang digunakan yaitu
sel hewan dan sel tumbuham. Mikroteknik semakin berkembang dewasa ini. banyak
metode yang digunakan untuk pembuatan sediaan tergantung bahan yang akan
digunakan. sel hewan yang kebanyakan digunakan untuk pembuatan sediaan dengan
metode smear ataupun embedding dan sering kali pula dengan metode whole mount.
Sedangkan sel tumbuhan kebanyakan dibuat dengan menggunakan metode yang lebih
ringan daripada sel hewan karena struktur sel hewan dan sel tumbuhan yang
berbeda (Santoso, 2002).
Metode parafin adalah suatu cara pembuatan sediaan baik itu tumbuhan ataupun hewan
dengan menggunakan parafin. Kebaikan-kebaikan metode iniialah irisan jauh lebih
tipis dari pada menggunakan metoda beku atau metodaseloidin. Dengan metoda
beku, tebal irisan rata-rata diatas 10 mkron, tapi denganmetode parafin tebal irisan
dapat mencapai rata-rata 6 mikron (Nurliani,
2006).
Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah
bila menggunakan metode ini.Kelemahan dari metode ini ialah jaringan menjadi
keras, mengerut dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat
dikerjakaan, bila menggunakanmetode ini, (Johansen, I940). Metode pembuatan sediaan
dengan penyelubungan parafin disebut juga sebagai metode
embedding. Alat pemotong mikrotom yang digunakan bekerja berdasarkan suatu ulir yang
berfungsi untuk mendorong maju blok preparat atau pisau (Pujawati, 2002).
Urutan-urutan kerja pembuatan sediaan irisan dengan metode parafin
:fiksasi; pencucian (washing); dehidrasi; penjernihan (clearing); infiltrasi
parafin; penanaman (embedding); penyayatan (section); penempelan
(affiksing);deparafinasi; pewarnaan (staining); penutupan (mounting); labelling
(Mcmanus,1992).
III. METODE
PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum
kali ini dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu, pada
tanggal 27-28 November 2011,
pada pukul 09.00 WITA-selesai dan bertempat di Laboratorium Anatomi Tumbuhan Fakultas MIPA Universitas
Haluoleo, Kendari.
B.
Alat dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat-alat yang digunakan pada Praktikum
Preparat Pollen.
No
|
Nama Alat
|
Fungsi
|
1
2
3
4
5
6
8
9
10
11
12
|
Botol
film
Pinset Skalpel Mikrotom Vakum Kotak kertas kalender Balok Mikroskop Kaca objek/kaca penutup Oven Hotplate |
Tempat untuk meletakkan organ
tumbuhan.
Untuk mengambil organ yang sdh
difiksasi.
Untuk membuat cetakan.
Untuk memotong paraffin.
Sebagai alat vakum.
Tempat organ yang akan dicetak.
Sebagai media penempelan paraffin.
Untuk mengamati/melihat objek
hasil pemotongan.
Untuk mengamati organ tumbuhan.
Untuk memanaskan paraffin.
Untuk memanaskan paraffin.
|
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum
kali ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan pada Praktikum
Preparat Pollen.
No
|
Nama Bahan
|
Fungsi
|
1
2
3
4
5
6
|
Jaringan
daun dan akar anggrek, akar dan
daun kangkung, serta daun dan batang bunga kembang sepatu (Hibiscus Rosa Sinensis).
FAA Alkohol, dengan berbagai konsentrasi (50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 95%) Xilol Parafin lunak dan keras Safranin |
Sebagai sampel yang akan dibuat
menjadi preparat untuk mengamati organ-organnya.
Formalin Asam Asetat
Sebagai larutan fiksasi,
Untuk mencuci/membersihkan sisa larutan
fiksasi dan alkohol.
Sebagai larutan yang digunakan untuk memfiksasi.
Untuk membuat praparat paraffin dan sebagai
media penanaman organ tumbuhan.
Untuk memberikan warna pada organ
.
|
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada prakrikum
kali ini adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan jaringan
tanaman dengan mengambil bagian organ tanaman berukuran
0.5 cm
2. Dilakuakn fiksasi
dengan menggunakan larutan fiksatif (FAA)
3. Aerasi dalam larutan
fiksatif menggunakan pompa vakum sampai udara dalam jaringan habis
4. difiksasi dengan
larutan FAA 12jam
5. Didehidrasi dalam
seri alkohol dari kosentrasi rendah ke konsentrasi tinggi (35%-40%-45%-50%-60%-70%-80%-90%-96%-100%)
masing-masing 1 jam, kecuali 70% boleh dimalamkan.
6. Dimasukan ke dalam
Alkohol 100%:Xilol (1:1) selama 1 jam sebagai perantara sebelum proses
penjernihan
7. Sisa alcohol
dijernihkan dengan proses clearing, yaitu xilol 1 jam
8. Dilakukan tahapan
perantara sebelum infiltrasi yaitu perendaman di dalam larutan Xilol : paraffin
(paraffin keras)(1:1) 1 jam di dalam oven
9. Dilakukan infiltrasi
dengan paraffin lunak 3 kali masing-masing 30 menit dalam oven
10. Dilakukan
infiltrasi dengan paraffin keras 3 kali masing-masing 30 menit dalam oven.
Paraffin ketiga boleh dimalamkan
11. Parafin berisi
objek dipotong seperti balok dan ditempel pada balok untuk pegangan pada
mikrotom
12. Penyayatan dengan
mikrotom
13. Afiksing atau
diletakan sayatan jaringan ke kaca objek yang diolesi dengan mayers albumin.
14. Setelah pengeringan
dengan menggunakan hotplate yang sebelumnya telah diteteskan oleh xilol
(disebut proses deparafinasi) mulai memasuki ke dalam proses
staining/pewarnaan, dengan proses sebagai berikut, rendam preparasi ke dalam
xilol:alcohol (1:1) selama 3 menit, selanjutnya dilakukan dehidrasi dengan
alkohol 100%-90%-80%-70% masing-masing selama 3 menit lalu masukkan dalam air
lalu dilakukan pewarnaan dengan safranin selama 5-15 menit, kemudian bersihkan
dengan air.
15. Pewarnaan
selanjutnya dengan menggunakan eosin dengna cara sbb, setelah distaining dengan
safranin masukkan dalam alcohol 50%, 60%, 70%, 80%, masing-masing 3 menit, lalu
dimasukkan ke dalam fastgreen 15-30 menit, dilanjutkan dengan alcohol (90%-100%
tiga kali)masing-masing 3 menit. Selanjutnya penjernihan dengan menggunakan
xilol 5-15 menit serta dibersihkan
16. penyelesaian dengan
ditutup pakai kaca penutup sebagai media pelekat
17. Amati preparat yang
dibuat dengan menggunakan mikroskop
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Hasil pereparat segar meiosis dengan menggunakan pollen dari berbagai
macam bunga, yaitu sebagai berikut:
Arpertur
|
Polen pada
tanaman
kangkung
(Ipomoea
aquatica)
|
Dinding eksin
|
Arpertur
|
Polen pada
tanaman
Lili (Haemanthusmultiflorus)
|
Dinding eksin
|
Arpertur
|
Polen pada tanaman bunga kembang sepatu
(Hibiscus
rosa-sinensis)
|
Dinding eksin
|
B. Pembahasan
Praktikum
ini mempelajari pembuatan
preparat polen dari beberapa tumbuhan angeospermae sebagaimana disebutkan di
atas, yaitu tanaman kangkung ( Ipomoea aquatica) Lili (Haemanthusmultiflorus), dan Polen pada tanaman bunga
kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis).
Hasil pengamatan menunjukkan bentuk dan ukuran
polen yang bervariasi antar jenis-jenis tumbuhan. Selain ukuran dan bentuk
polen, ciri lainnya seperti tipe, jumlah dan posisi apertur serta
arsitektur dinding eksin juga dapat diamati dan dijadikan parameter dalam studi
palinologi. Ciri morfologi polen tersebut bermanfaat dalam berbagai bidang,
manfaatnya antara lain :
a. Melacak sejarah kelompok dan jenis (spesies) tumbuhan
b. Melacak sejarah komunitas tumbuhan dan habitatnya
c. Menentukan umur relatif batuan atau sedimen
d. Memperlajari sejarah iklim
e. Mempelajari pengaruh manusia terhadap lingkungan
f.
Mempelajari kandungan serbuk sari di udara dan pengaruhnya terhadap kesehatan
manusia
g. Menentukan kandungan serbuk sari dalam madu
(melisopalinologi)
h. Membantu memecahkan kasus kriminologi
Berdasarkan hasil pengamatan dapat
dilihat bahwa polen pada
Kangkung (Ipomea
aquatica) berbentuk bulat dengan dinding yang memiliki bentuk seperti
gumpalan-gumpalan. Polen Hibiscus rosasinensis pollen berbantuk bulat dan dilengkapi spina atau duri-duri disekelilingnya.
Bentuk Polen Lili (Haemanthusmultiflorus)
terlihat agak lonjong dan juga nampak di
dindingnya berupa duri atau spina.
Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa
polen Hibiscus rosasinensis dan kangkung (Ipomea
aquatica) merupakan polen tunggal. Sementara
polen pada Lili (Haemanthusmultiflorus) terlihat berupa
kumpulan beberapa polen. Hal ini diperkuat oleh Knox (1985) dalam Aprianty dan
Kriswiyanti (2008), yang menyatakan bahwa sebagian besar polen Angiospermae merupakan
polen yang soliter dan bebas, masing-masing berkembang dari mikrospora tunggal.
Bentuk, ukuran ataupun tipe polen tidak
hanya bervariasi dalam tingkatan antar jenis, melainkan dapat pula bervariasi
antara individu-individu dalam jenis yang sama. Penelitian Aprianty dan
Kriswiyanti (2008) menunjukkan adanya perbedaan ukuran polen pada Hibiscus
rosa-sinensis dengan warna bunga berbeda-beda. Selain itu polen juga dapat
bervariasi menurut tahap kematangannya (Erdtman, 1952 cit Aprianty dan
Kriswiyanti, 2008). Penelitian polen dari beberapa ahli terhadap beberapa jenis
tumbuhan di Eropa menurut Faegri dan Iversen (1989) menunjukkan adanya variasi
ukuran berdasarkan letak geografisnya. Akan tetapi usaha untuk menghubungkan
ukuran polen yang bervariasi dalam menentukan adanya factor lingkungan belum
memberi hasil yang memuaskan. Ukuran polen individu yang berbeda dalam satu
jenis juga bisa disebabkan oleh perbedaan fokus optic pengamat.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum preparat
maserasi, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Pada pembuatan preparat polen dengan metode asetolisis,
hasil yang diperoleh cukup baik. Hasil pengamatan preparat polen menunjukkan adanya
perbedaan bentuk dan ukuran yang jelas antara polen dari jenis tumbuhan yang
berbeda.
2.
Secara
umum, hasil menunjukkan bahwa polen pada angeospermae memiliki ciri soliter dan
bebas, karena masing-masingnya berkembang dari mikrospora tunggal.
B. Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada
pelaksanaan praktikum ini yaitu sebaiknya semua praktikan mampu mempunyai
kesadaran masing-masing untuk berusaha bekerja semaksimal dalam pembuatan
praparat dan sebaikinya bahan untuk
praparat pollen diperbanyak lagi supaya hasilnya lebih memuaskan.
DAFTAR
PUSTAKA
Aprianty dan Eniek Kriswiyanti. 2008.
Studi variasi ukuran serbuk sari
kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis
L.) dengan warna bunga berbeda. Jurnal Biologi XII (1):14-18. UIN,
Bandung.
Arridjani dan Agus Pudjoarianto. 1998. Morfologi Komparatif Serbuk Sari Anggota Myristicaceae di Jawa dan Nilai Taksonominya. Biologi, Vol.2. no.5. Jakarta.
Faegn, Kand dan J. Iversen. 1989. Texbook of Pollen Analysis. 4 th Edition (revised
by Faegri, K., K. Kaland and P.E. Krzywinski) John Wiley &Sons Ltd
Chichester. California.
Perwati, Lilih Khotim. 2009. Analisis Derajat Ploidi dan Pengaruhnya
Terhadap Variasi Ukuran Stomata dan Spora pada Adiantum raddianum. Bioma, Vol. 11, No. 2, Hal. 39-44. Yogyakarta.
Santoso,
H. B. 2002. Bahan Kuliah Teknik
Laboratorium. Universitas Lambung
Mangkurat,
Banjarbaru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar