Cari Blog Ini

Jumat, 16 November 2012

“Preparat Pollen dengan Metode Acetolisis”


LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROTEKNIK TUMBUHAN
PRAKTIKUM
“Preparat Pollen dengan Metode Acetolisis
 









OLEH :

                                    

                                   KELOMPOK   :         III (TIGA)
                                   ASISTEN          :        AGUS RINAL, S.Si.

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011

I. PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang                                                                                                   
           Mikroteknik secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode pembuatan preparat mikroskopis, baik preparat hewan maupun tumbuhan, menganalisis preparat mikroskopis dan melakukan mikrometri, serta membahas manfaat preparat bagi perkembangan keilmuan dan dukungan terhadap kehidupan manusia. Sedangkan mikroteknik tumbuhan merupakan teknik dalam pembuatan preparat mikroskopis tumbuhan. Beberapa metode yang dikenal dalam pembuatan preparat tumbuhan, yaitu metode parafin.
Pada jenis tumbuhan yang berbeda, mempunyai struktur batang yang berbeda pula yang menentukan jenis larutan fiksatif dan zat warna yang akan digunakan dalam pembuatan preparat. Misalnya tumbuhan polongan dapat menggunakan Craf III. Jika batang mempunyai ruas yang lebih lunak diberi perlakuan acctone-xylol atau alcohol-xylol. Pada batang yang lebih keras hasil irisan akan lebih baik jika menggunakan dioxan atau butyl alcohol. Batang bunga matahari dan Chrysantenum dapat difiksasi dengan menggunakan FFA tanpa menimbulkan plasmolisis, ataupun dengan penggunaan modifikasi Nawaschin seperti craft IV dan V juga memberikan hasil yang baik. Pembuatan preparat hendaknya dipahami karakteristik tanaman yang akan diambil sebagai spesimen.
Metode paraffin termasuk metode sayatan yang banyak digunakan, karena hampir semua jaringan dapat dipotong dengan metode ini. Pengamatan secara mikroskopis dari suatu jaringan dalam berbagai kondisi dan berbagai elemen jaringan dapat diamati atau diteliti melalui preparat permanen yang dibuat dengan metode paraffin. Pembuatan preparat dengan metode paraffin adalah metode yang paling umum digunakan untuk pembuatan preparat permanent, baik pada tumbuhan ataupun pada hewan.

B. Tujuan Praktikum
    Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini yaitu  sebagai berikut :
  1. Untuk membuat preparat organ tubuh tumbuhan berupa irisan tipis organ/ bagian organ  tersebut.
  2. Untuk mengamati struktur dalam sel maupun jaringan penyusunnya.


C.  Manfaat Praktikum
         Manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan praktikum ini yaitu :
  1. Dapat membuat preparat organ tubuh tumbuhan berupa irisan tipis organ/ bagian organ  tersebut.
  2. Dapat mengamati struktur dalam sel maupun jaringan penyusunnya.

















II. TINJAUAN PUSTAKA

Mikroteknik merupakan ilmu yang mempelajari tenik pembuatan sediaan secara mikroskopis. Dalam mikroteknik, sediaan yang dibuat berbahan dasar sel atau jaringan. Sel atau jaringan yang digunakan yaitu sel hewan dan sel tumbuham. Mikroteknik semakin berkembang dewasa ini. banyak metode yang digunakan untuk pembuatan sediaan tergantung bahan yang akan digunakan. sel hewan yang kebanyakan digunakan untuk pembuatan sediaan dengan metode smear ataupun embedding dan sering kali pula dengan metode whole mount. Sedangkan sel tumbuhan kebanyakan dibuat dengan menggunakan metode yang lebih ringan daripada sel hewan karena struktur sel hewan dan sel tumbuhan yang berbeda (Santoso, 2002).     
Metode parafin adalah suatu cara pembuatan sediaan baik itu tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan parafin. Kebaikan-kebaikan metode iniialah irisan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda beku atau metodaseloidin. Dengan metoda beku, tebal irisan rata-rata diatas 10 mkron, tapi denganmetode parafin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron  (Nurliani, 2006).
Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini.Kelemahan dari metode ini ialah jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila menggunakanmetode ini, (Johansen, I940). Metode pembuatan sediaan dengan penyelubungan parafin disebut  juga sebagai metode embedding. Alat pemotong mikrotom yang digunakan bekerja berdasarkan suatu ulir yang berfungsi untuk mendorong maju blok preparat atau pisau (Pujawati, 2002).
Urutan-urutan kerja pembuatan sediaan irisan dengan metode parafin :fiksasi; pencucian (washing); dehidrasi; penjernihan (clearing); infiltrasi parafin; penanaman (embedding); penyayatan (section); penempelan (affiksing);deparafinasi; pewarnaan (staining); penutupan (mounting); labelling (Mcmanus,1992).

 III. METODE PRAKTIKUM

A.  Waktu dan Tempat
      Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu, pada tanggal 27-28 November 2011, pada pukul 09.00 WITA-selesai dan bertempat di Laboratorium Anatomi Tumbuhan Fakultas MIPA Universitas Haluoleo, Kendari.

B.  Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat-alat yang digunakan pada Praktikum Preparat Pollen.
No
Nama Alat
Fungsi
1

2

3
4
5
6
8
9

10
11
12
Botol film

Pinset

Skalpel
Mikrotom
Vakum
Kotak kertas kalender
Balok
Mikroskop

Kaca objek
/kaca penutup
Oven
Hotplate

Tempat untuk meletakkan organ tumbuhan.
Untuk mengambil organ yang sdh difiksasi.
Untuk membuat cetakan.
Untuk memotong paraffin.
Sebagai alat vakum.
Tempat organ yang akan dicetak.
Sebagai media penempelan paraffin.
Untuk mengamati/melihat objek hasil pemotongan.
Untuk mengamati organ tumbuhan.
Untuk memanaskan paraffin.
Untuk memanaskan paraffin.

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan pada Praktikum Preparat Pollen.
No
Nama Bahan
Fungsi
1




2
3


4

5


6

Jaringan daun dan akar anggrek, akar dan daun kangkung, serta daun dan batang bunga kembang sepatu (Hibiscus Rosa Sinensis).
 FAA
 Alkohol, dengan berbagai konsentrasi
(50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 95%)
 Xilol

 Parafin lunak dan keras
 
 
 Safranin
 



Sebagai sampel yang akan dibuat menjadi preparat untuk mengamati organ-organnya.


Formalin Asam Asetat
Sebagai larutan fiksasi, Untuk mencuci/membersihkan sisa larutan fiksasi dan alkohol.
Sebagai larutan yang digunakan untuk memfiksasi.
Untuk membuat praparat paraffin dan sebagai media penanaman organ tumbuhan.
Untuk memberikan warna pada organ
.






C.  Prosedur Kerja
        Prosedur kerja yang dilakukan pada prakrikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan jaringan tanaman dengan mengambil bagian organ tanaman  berukuran 0.5 cm
2. Dilakuakn fiksasi dengan menggunakan larutan fiksatif (FAA)
3. Aerasi dalam larutan fiksatif menggunakan pompa vakum sampai udara dalam jaringan habis
4. difiksasi dengan larutan FAA 12jam
5. Didehidrasi dalam seri alkohol dari kosentrasi rendah ke konsentrasi tinggi  (35%-40%-45%-50%-60%-70%-80%-90%-96%-100%) masing-masing 1 jam, kecuali 70% boleh dimalamkan.
6. Dimasukan ke dalam Alkohol 100%:Xilol (1:1) selama 1 jam sebagai perantara sebelum proses penjernihan
7. Sisa alcohol dijernihkan dengan proses clearing, yaitu xilol 1 jam
8. Dilakukan tahapan perantara sebelum infiltrasi yaitu perendaman di dalam larutan Xilol : paraffin (paraffin keras)(1:1) 1 jam di dalam oven
9. Dilakukan infiltrasi dengan paraffin lunak 3 kali masing-masing 30 menit dalam oven
10. Dilakukan infiltrasi dengan paraffin keras 3 kali masing-masing 30 menit dalam oven. Paraffin ketiga boleh dimalamkan
11. Parafin berisi objek dipotong seperti balok dan ditempel pada balok untuk pegangan pada mikrotom
12. Penyayatan dengan mikrotom
13. Afiksing atau diletakan sayatan jaringan ke kaca objek yang diolesi dengan mayers albumin.
14. Setelah pengeringan dengan menggunakan hotplate yang sebelumnya telah diteteskan oleh xilol (disebut proses deparafinasi) mulai memasuki ke dalam proses staining/pewarnaan, dengan proses sebagai berikut, rendam preparasi ke dalam xilol:alcohol (1:1) selama 3 menit, selanjutnya dilakukan dehidrasi dengan alkohol 100%-90%-80%-70% masing-masing selama 3 menit lalu masukkan dalam air lalu dilakukan pewarnaan dengan safranin selama 5-15 menit, kemudian bersihkan dengan air.
15. Pewarnaan selanjutnya dengan menggunakan eosin dengna cara sbb, setelah distaining dengan safranin masukkan dalam alcohol 50%, 60%, 70%, 80%, masing-masing 3 menit, lalu dimasukkan ke dalam fastgreen 15-30 menit, dilanjutkan dengan alcohol (90%-100% tiga kali)masing-masing 3 menit. Selanjutnya penjernihan dengan menggunakan xilol 5-15 menit serta dibersihkan
16. penyelesaian dengan ditutup pakai kaca penutup sebagai media pelekat
17. Amati preparat yang dibuat dengan menggunakan mikroskop






IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
Hasil pereparat segar meiosis dengan menggunakan pollen dari berbagai macam bunga, yaitu sebagai berikut:
Arpertur
Polen pada tanaman                                             kangkung (Ipomoea aquatica)                       
Dinding eksin



Arpertur
 



Polen pada tanaman
Lili (Haemanthusmultiflorus)
                     
Dinding eksin
Arpertur
 






Polen pada tanaman bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)


Dinding eksin
 









B.  Pembahasan

Praktikum ini mempelajari pembuatan preparat polen dari beberapa tumbuhan angeospermae sebagaimana disebutkan di atas, yaitu tanaman kangkung  ( Ipomoea aquatica) Lili (Haemanthusmultiflorus), dan Polen pada tanaman bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis).
 Hasil pengamatan menunjukkan bentuk dan ukuran polen yang bervariasi antar jenis-jenis tumbuhan. Selain ukuran dan bentuk polen, ciri lainnya seperti tipe, jumlah dan posisi apertur serta arsitektur dinding eksin juga dapat diamati dan dijadikan parameter dalam studi palinologi. Ciri morfologi polen tersebut bermanfaat dalam berbagai bidang, manfaatnya antara lain :
a. Melacak sejarah kelompok dan jenis (spesies) tumbuhan
b. Melacak sejarah komunitas tumbuhan dan habitatnya
c. Menentukan umur relatif batuan atau sedimen
d. Memperlajari sejarah iklim
e. Mempelajari pengaruh manusia terhadap lingkungan
f. Mempelajari kandungan serbuk sari di udara dan pengaruhnya terhadap kesehatan manusia
g. Menentukan kandungan serbuk sari dalam madu (melisopalinologi)
h. Membantu memecahkan kasus kriminologi
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa polen pada Kangkung (Ipomea aquatica) berbentuk bulat dengan dinding yang memiliki bentuk seperti gumpalan-gumpalan. Polen Hibiscus rosasinensis pollen berbantuk bulat dan dilengkapi spina atau duri-duri disekelilingnya. Bentuk Polen Lili (Haemanthusmultiflorus) terlihat agak lonjong dan juga nampak di dindingnya berupa duri atau spina.
Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa polen Hibiscus rosasinensis dan kangkung (Ipomea aquatica) merupakan polen tunggal. Sementara polen pada Lili (Haemanthusmultiflorus) terlihat berupa kumpulan beberapa polen. Hal ini diperkuat oleh Knox (1985) dalam Aprianty dan Kriswiyanti (2008), yang menyatakan bahwa sebagian besar polen Angiospermae merupakan polen yang soliter dan bebas, masing-masing berkembang dari mikrospora tunggal.
Bentuk, ukuran ataupun tipe polen tidak hanya bervariasi dalam tingkatan antar jenis, melainkan dapat pula bervariasi antara individu-individu dalam jenis yang sama. Penelitian Aprianty dan Kriswiyanti (2008) menunjukkan adanya perbedaan ukuran polen pada Hibiscus rosa-sinensis dengan warna bunga berbeda-beda. Selain itu polen juga dapat bervariasi menurut tahap kematangannya (Erdtman, 1952 cit Aprianty dan Kriswiyanti, 2008). Penelitian polen dari beberapa ahli terhadap beberapa jenis tumbuhan di Eropa menurut Faegri dan Iversen (1989) menunjukkan adanya variasi ukuran berdasarkan letak geografisnya. Akan tetapi usaha untuk menghubungkan ukuran polen yang bervariasi dalam menentukan adanya factor lingkungan belum memberi hasil yang memuaskan. Ukuran polen individu yang berbeda dalam satu jenis juga bisa disebabkan oleh perbedaan fokus optic pengamat.















V. PENUTUP

A.  Kesimpulan
Berdasarkan  hasil pengamatan pada praktikum preparat maserasi, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1.      Pada pembuatan preparat polen dengan metode asetolisis, hasil yang diperoleh cukup baik. Hasil pengamatan preparat polen menunjukkan adanya perbedaan bentuk dan ukuran yang jelas antara polen dari jenis tumbuhan yang berbeda.
2.      Secara umum, hasil menunjukkan bahwa polen pada angeospermae memiliki ciri soliter dan bebas, karena masing-masingnya berkembang dari mikrospora tunggal.

B.  Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada pelaksanaan praktikum ini yaitu sebaiknya semua praktikan mampu mempunyai kesadaran masing-masing untuk berusaha bekerja semaksimal dalam pembuatan praparat dan sebaikinya bahan untuk praparat pollen diperbanyak lagi supaya hasilnya lebih memuaskan.


       





DAFTAR PUSTAKA

Aprianty dan Eniek Kriswiyanti. 2008. Studi variasi ukuran serbuk sari kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dengan warna bunga berbeda. Jurnal Biologi XII (1):14-18. UIN, Bandung.

Arridjani dan Agus Pudjoarianto. 1998. Morfologi Komparatif Serbuk Sari Anggota Myristicaceae di Jawa dan Nilai Taksonominya. Biologi, Vol.2. no.5. Jakarta.


Faegn, Kand dan J. Iversen. 1989. Texbook of Pollen Analysis. 4 th Edition (revised by Faegri, K., K. Kaland and P.E. Krzywinski) John Wiley &Sons Ltd Chichester. California.
Perwati, Lilih Khotim. 2009. Analisis Derajat Ploidi dan Pengaruhnya Terhadap Variasi Ukuran Stomata dan Spora pada Adiantum raddianum. Bioma, Vol. 11, No. 2, Hal. 39-44. Yogyakarta.
Santoso, H. B. 2002. Bahan Kuliah Teknik Laboratorium. Universitas Lambung
            Mangkurat, Banjarbaru.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar